PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)


 

Keseruan Mewarnai Proyek Mind Map


Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk (Thomas, Mergendoller, and Michaelson, 1999).

Proyek terurai menjadi beberapa jenis. Stoller (2006) mengemukakan tiga jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek terstruktur, ditentukan dan diatur oleh guru dalam hal topik, bahan, metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama oleh siswa sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang didefinisikan dan diatur sebagian oleh guru dan sebagian oleh siswa.

Memperluas pengertian di atas Stoller (2006), mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek, siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan.

Bentuk aktivitas proyek terdiri dari (1) Proyek produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video, program radio, poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu  banquet, jadwal perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan, presentasi lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau  fashion show ; (3) Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok disku-si, atau program-mitra percakapan. Lebih lanjut, menurut Fried-Booth (dalam Mulyana A, 2018) ada dua jenis proyek yaitu (1) Proyek skala kecil atau sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga pertemuan. Proyek ini hanya dilakukan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh yang membutuhkan kegiatan yang rumit di luar kelas untuk menyelesaikannya dengan rentang waktu lebih panjang.

Pengertian metode atau Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) yang adalah model atau metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL), proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyekmemberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran Berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

                    Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja

                    Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik

                    Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan

                    Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan

                    Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu

                    Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan

                    Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan

                    Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran berbasis proyeksebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. Adapun beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.

                    Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

                    Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.

                    Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

                    Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.

Berdasarkan urian diatas dapat disimpulan bahwa Pembelajaran Berbasis Projek (PjBL) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.

 

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelebihan  / Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

         Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

         Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

         Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

         Meningkatkan kolaborasi.

         Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

         Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

         Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

         Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

         Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

         Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

         Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

         Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

         Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.

         Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

         Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

         Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.

         Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.

Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.

 

Prinsip-prinsip Pembelajaran pada Pembelajaran Berbasis Proyek

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.

a)      Pembelajaran berpusat pada siswa yang menggunakan tugas-tugas proyek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

b)      Tugas Proyek menekankan pada kegiatan penyelesaian proyek berasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

c)      Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran. Oleh karena itu, tugas proyek dalam satu semester dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata pelajaran.

d)      Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.

e)      Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di awal pada langkah penentuan proyek dan di akhir pembelajaran pada penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek, serta evaluasi proses dan hasil proyek

 

Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai berikut.

1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project.

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan  emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang  penting.

5. Menguji hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

 

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan Proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat memberi peluang pada siswa untuk bekerja, mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang pada puncaknya dapat menghasilkan produk karya siswa.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.

a)      Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran;

b)      Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek;

c)      Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa;

d)      Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek; dan

e)      Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada Pembelajaran Ber basis Proyek yang bersifat kelompok.

 

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki kelebihan dalam hal:

a.       meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka melakukan pekerjaan penting,

b.      meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah,

c.       menjadikan siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks,

d.      meningkatkan kolaborasi,

e.       mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi,

f.        memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi suatu Proyek, menentukan alokasi waktu dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk menyelesaikan tugas, dan

g.      menyediakan pengalaman belajar siswa mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian mengimplementasikannya di dunia nyata.

 

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

1) Peran Guru

         Merencanakan dan mendesain pembelajaran.

         Membuat strategi pembelajaran.

         Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.

         Mencari keunikan siswa.

         Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.

         Membuat portofolio pekerjaan siswa.

2) Peran Peserta Didik

         Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.

         Melakukan riset sederhana.

         Mempelajari ide dan konsep baru.

         Belajar mengatur waktu dengan baik.

         Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.

         Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.

         Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

 

Sistem Penilaian dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penilaian Proyek

a) Pengertian Penilaian proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a.1) Pengelolaan

Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.

a.2) Relevansi

Topik, data, dan produk sesuai dengan KD.

a.3) Keaslian

Produk (misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.

a.4) Inovasi dan kreativitas

Hasil proyek siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

 

b. Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.

 

2) Penilaian Produk

a) Pengertian Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

a)      Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

b)      Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

c)      Tahap penilaian produk, meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

 

b) Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

a)      Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

b)      Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

 

 

Daftar Pustaka

Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers.

Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf

Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.

Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning.

Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. Diakses dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning

Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx

Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA.

Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Modul Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Modul Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud.

Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute for Education.

Mulyana, A. (2018). PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING). Retieved on from https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html

Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved from http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.

ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.

Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based Learning, 3(1), 12–43.

Stoller, F. (2006). Establishing a Theoretical Foundation for Project-Based Learning in Second and Foreign Language Contexts. In G. H. Beckett, & P. C. Miller, Eds., Project-Based Second and Foreign Language Education: Past, Present, and Future (pp. 19-40). Greenwich, CT: Information Age.

Thomas, J. W., Mergendoller, J. R., & Michaelson, A. (1999). Project-based learning: A handbook for middle and high school teachers. Novato, CA: The Buck Institute for Education.

 

Anda mungkin menyukai postingan ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar