NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
Di bawah ini ada beberapa contoh nilai-nilai kebajikan universal yang
telah disepakati beberapa institusi:
1. IBO Primary Years Program (PYP)
Sikap Murid:
o
Toleransi
o
Rasa Hormat
o
Integritas
o
Mandiri
o
Menghargai
o
Antusias
o
Empati
o
Keingintahuan
o
Kreativitas
o
Kerja sama
o
Percaya Diri
o
Komitmen
2. Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF):
o
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
o
Kemandirian dan Tanggung jawab
o
Kejujuran (Amanah), Diplomatis
o
Hormat dan Santun
o
Dermawan, Suka Menolong dan Gotong
Royong
o
Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja
Keras
o
Kepemimpinan dan Keadilan
o
Baik dan Rendah Hati
o
Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
3. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and
Life Skills)
Keterampilan Hidup
o
Dapat dipercaya
o
Lurus Hati
o
Pendengar yang Aktif
o
Tidak Merendahkan Orang Lain
o
Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk Hidup
o
Peduli
o
Penalaran
o
Bekerja sama
o
Keberanian
o
Keingintahuan
o
Usaha
o
Keluwesan/Fleksibilitas
o
Berorganisasi
o
Kesabaran
o
Keteguhan hati
o
Kehormatan
o
Memiliki Rasa humor
o
Berinisiatif
o
Integritas
o
Pemecahan Masalah
o
Sumber pengetahuan
o
Tanggung jawab
o
Persahabatan
4. The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence,
Michele Borba):
o
Empati
o
Suara Hati
o
Kontrol Diri
o
Rasa Hormat
o
Kebaikan
o
Toleransi
o
Keadilan
Empat Paradigma Dilema
Etika
Dari
pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema
etika adalah hal berat yang harus dihadapi
dari waktu ke waktu.
Ketika kita menghadapi situasi
dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti
cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab
dan penghargaan akan hidup.
Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1.
Individu lawan
masyarakat (individual
vs community)
2.
Rasa keadilan
lawan rasa kasihan
(justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Secara lebih rinci, berikut
adalah penjelasan dari keempat paradigma
tersebut:
Individu lawan masyarakat (individual
vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu
yang berdiri sendiri
melawan sebuah kelompok
yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi
bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi
melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil
melawan kelompok besar.
“Individu”
di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya
dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti
kelompok yang lebih besar
lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah,
sebuah kelompok keluarga, atau
keluarga Anda.
Dilema
individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau
kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang
lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok
membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah
tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan
kelompok.
Rasa keadilan
lawan rasa kasihan
(justice vs mercy)
Dalam paradigma
ini ada pilihan antara mengikuti
aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih
antara keadilan dan perlakuan
yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena
kemurahan hati dan kasih
sayang, di sisi lain.
Kadang
memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan
yang benar. Pilihan
untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa
hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan
untuk membengkokkan peraturan
dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan
(kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari
Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan
Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan
lawan rasa kasihan, terhadap orang
tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari
melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam,
atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?
Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs
loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab)
kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan
informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok
tertentu, atau komitmen
yang telah dibuat
sebelumnya.
Pada jaman
perang,
tentara
yang
tertangkap kadang
harus
memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir
dari kita semua pernah mengalami harus memilih
antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam
masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan
kesetiaan.
Jangka pendek
lawan jangka panjang
(short term vs long term)
Paradigma
ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk
saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan
datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari- hari, atau pada level yang lebih luas,
misalnya pada issue-issue dunia secara global,
misalnya lingkungan hidup
dll.
Orang
tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk
digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung
nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara
bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau
berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.
KONSEP PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN
KEPUTUSAN
Untuk
memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan
moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang
dapat Anda lakukan.
Anda dapat memilih
salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas
sebelumnya di modul ini untuk
Anda gunakan sebagai contoh.
1.
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah
yang sedang kita hadapi, alih-alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
Kedua, penting bagi kita untuk memastikan
bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah
yang berhubungan dengan sopan santun
dan norma sosial.
Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu
berlebihan, kita bisa terjebak
dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu
permisif, maka kita bisa menjadi
apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah
yang sedang kita hadapi..
2.
Menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi ini.
Bila
kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita
hadapi, pertanyaannya adalah dilema
siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau
permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
3.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
Proses
pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut,
bagaimana hal itu terkuak, apa yang
akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data
tersebut
penting
karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi
tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan
sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus
bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
4.
Pengujian benar
atau salah
1. Uji Legal
Pertanyaan
penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka
situasi yang ada bukanlah antara benar lawan
benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral).
Keputusan yang harus diambil
dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan
ini bukan keputusan yang
berhubungan dengan moral.
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila
situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya,
mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan
atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada
seorang wartawan yang harus melindungi
sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa
seorang calon pembeli potensial sebelumnya
telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan
kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
3. Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan
perasaan dan intuisi
Anda dalam merasakan
apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini
sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun
mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah
ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat
dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama
benar.
4. Uji Publikasi
Apa
yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi
konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda
sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan
moral.
5. Uji Panutan/Idola
Dalam
langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu
Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada
ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah
orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat
berarti bagi Anda.
Yang
perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji
Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya
tentang konsekuensi tapi bertanya tentang
prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji
publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care- Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi
orang lain.
Bila
situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan
tersebut atau bahkan lebih dari
satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
5.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma
mana yang terjadi
di situasi yang sedang Anda hadapi ini?
-
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
-
Rasa keadilan
lawan rasa kasihan
(justice vs mercy)
-
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
-
Jangka pendek
lawan jangka panjang
(short term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun
membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama
penting.
6.
Melakukan Prinsip
Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis
Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7.
Investigasi Opsi Trilema
Dalam
mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang
kita perlu mencari opsi di luar dari
2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam
situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir
sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan
masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
8.
Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan
yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan
dan Refleksikan
Ketika
keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan
bagi kasus-kasus selanjutnya.
Perlu
kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan
sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin
baik. Semakin sering kita berlatih
menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan
adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.
very good pak,, terima kasih infonya,,
BalasHapus