1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Istilah pendekatan dapat dipahami sebagai suatu
jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau
materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola (Susanto, 2012: 195). Menurut
Huda (2013: 184) pendekatan pembelajaran bisa dipahami sebagai cara-cara yang
ditempuh oleh seorang pembelajar untuk bisa belajar dengan efektif. Sejalan
dengan Huda, Sagala (2013: 68) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan
jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dalam hal ini guru
juga berperan penting dalam menyediakan perangkat-perangkat metodis yang
memungkinkan siswa untuk mencapai kebutuhan tersebut.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu cara atau
jalan yang akan ditempuh siswa ataupun guru untuk bisa bersama-sama mencapai
tujuan dalam pembelajaran. Pendekatan yang diterapkan dalam proses pembelajaran
memiliki tujuan supaya tercapainya tujuan dari pembelajaran yang
dilaksanakan. Konstruktivisme adalah suatu pendekatan
yang lebih berfokus kepada siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran
(Hanifah & Suhana, 2009: 62).
Menurut Trianto (2009: 28) teori Konstruktivisme menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Brooks and Brooks dalam Hanifah&
Suhana (2009: 62) Konstruktivisme adalah suatu
pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep
yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif siswa. Selain itu
menurut Piaget dalam Susanto (2014: 133) bahwa pengetahuan itu akan bermakna bila
dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberitahuan orang lain,
termasuk guru. Dengan demikian tugas guru adalah memotivasi siswa untuk
mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi
tersebut. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelejaran
dilakukan, melalui proses eksplorasi personal,diskusi, dan penelitian
reflektif.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Konstruktivisme adalah
suatu pola pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat di dalam proses
pembelajaran agar dapat mengembangkan dan membangun pengetahuan yang
dimilikinya.
2. Tujuan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Diterapkannya konstruktivis juga mempunyai tujuan
dalam proses pembelajaran. Haniafah & Suhana (2009: 62) mengemukakan bahwa
pendekatan Konstruktivisme disajikan supaya lebih merangsang
dan memberi peluang kepada siswa untuk belajar, berfikir inovatif dan
mengembangkan potensinya secara optimal. Satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang
ada dibenaknya (Susanto, 2014: 134). Konstruktivis dalam pembelajaran untuk
diterapkan karena dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam
membangun gagasan dari siswa itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan dari pendekatan Konstruktivisme adalah
agar siswa mampu meningkatkan pengetahuan mereka untuk membangun sekaligus
menemukan hal-hal baru, dan membuat pembelajaran yang lebih terpusat kepada
siswa (student centered) dalam proses pembelajaran agar lebih
mengesankan dan mudah untuk diingat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Dalam
penerapannya pendekatan Konstruktivisme memiliki
ciri-ciri yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Menurut Siroj
dalam Susanto (2014: 137) ciri-ciri pembelajaran Konstruktivisme meliputi:
1.
Menyediakan
pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
2.
Menyediakan
berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang
sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
3.
Mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi yang realistic dan relevan dengan melibatkan
pengalaman konkret, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan
kehidupan sehari-hari.
4.
Mengintegrasikan
pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya
interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya,
misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.
5.
Memanfaatkan
berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran
menjadi lebih efektif.
6.
Melibatkan siswa
secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar.
4. Langkah-langkah Konstruktivisme
Suatu
pendekatan pembelajaran memiliki langkah-langkah atau prosedur yang harus
dilaksanakan agar tercapainya hasil belajar yang diharapkan, langkah-langkah
dalam pendekatan Konstruktivisme menurut Suprijono
(2009: 41) yaitu.
1.
Orientasi,
merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memerhatikan dan
mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
2.
Elicitasi, merupakan tahap untuk membantu siswa menggali
ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui
poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh siswa.
3.
Rekonstruksi ide,
dalam tahan tahap ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan
ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi. Berhadapan dengan
ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasanya, kalau
tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasanya cocok.
4.
Aplikasi ide, dalam
langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplikasikan
pada macam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa
lebih lengkap bahkan lebih rinci.
5.
Review, dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasanya
dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih
lengkap. Jika hasil reviu kemudian dibandingkan dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki, maka akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada
diri siswa.
Langkah-langkah
dalam pendekatan Konstruktivisme menurut Sidik ada
empat tahapan yaitu.
1.
Tahapan pertama adalah apersepsi.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan
konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang
merupakan konsep prasyarat. Misalnya: mengapa baling-baling dapat berputar?
2.
Tahap kedua adalah eksplorasi.
Pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara
terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan
menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan
pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.
3.
Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep.
Pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil
penyelidikan dan temuannya, pada tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam
menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak
dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari
kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
4.
Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi.
Pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap
konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan
guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui
pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.
Langkah-langkah
dalam pendekatan Konstruktivisme menurut Riyanto (2010:
147) adalah sebagai berikut.
1.
Apersepsi, guru
mendorong siswa agar mengemukakan pengetahuan awal mengenai konsep yang akan
dibahas.
2.
Eksplorasi, pada
tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang akan
dipelajari.
3.
Refleksi, pada
tahap ini siswa menganalisis dan mendiskusikan apa yang telah dilakukan.
4.
Aplikasi, diskusi
dan penjelasan konsep, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap
konsep-konsep esensial melalui penjelasan konsep, kamudian siswa membuat
kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konsep.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukan oleh para
ahli, peneliti cenderung untuk menggunakan langkah-langkah pembelajaran
pendekatan Konstruktivisme menurut Suprijono
karena lebih terperinci dan sistematis dalam prosesnya.
Langkah yang dipakai sebagai berikut. (1)
Orientasi, memberi kesempatan kepada siswa memerhatikan dan mengembangkan
motivasi ide terhadap topik materi pembelajaran. (2) Elicitasi, tahap
ini guru membantu siswa untuk mengembangkan ide-idenya. (3) Rekonstruksi ide,
siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide
orang lain atau teman melalui diskusi. (4) Aplikasi ide, siswa
mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan temuannya, tahap ini guru menjadi
fasilitator dalam menampung pendapat dari siswa, dan (5) review atau
merevisi gagasan siswa dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara
mengubahnya menjadi lebih lengkap.
5. Kelebihan dan KelemahanPendekatan Konstruktivisme
Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam
teori belajar Konstruktivisme. Lapono (2008: 28)
mengemukakan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar Konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Kelebihan dan kelemahan dari Konstruktivisme menurut
Suprijono (2009: 45) yaitu: kelebihan (1) Siswa benar-benar bisa mengembangkan
ide dari pengalaman belajar yang sudah dimiliki siswa.(2) Berdasarkan
pengalaman sendiri dapat membuat proses belajar siswa lebih bermakna. Sedangkan
kelemahannya yaitu (1) Guru harus mempunyai kemampuan lebih dalam mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki siswa. (2) Siswa harus mempunyai rasa percaya diri
yang kuat serta berani mengembangkan ide yang dimilikinya.
Kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan
pendekatan Konstruktivisme menurut Sidik adalah
sebagai berikut.
a.
Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme
1.
Pembelajaran
berdasarkan Konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2.
Memberi pengalaman
yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai
fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang siswa.
3.
Pembelajaran Konstruktivisme memberi
siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong
siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4.
Konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5.
Mendorong siswa
untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka
serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6.
Memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
b.
Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
1.
Siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
2.
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap
siswa memerlukan penanganan yang berbedabeda.
3.
Situasi dan kondisi
tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana
yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
Riyanto (2010: 157) mengemukakan kelebihan dan
kelemahan dalam pembelajaran Konstruktivisme sebagai berikut.
a.
Kelebihan
1.
Memotivasi siswa
bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.
3.
Membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
4.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
b.
Kelemahan
1.
Sulit mengubah
keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan
tradisional.
2.
Guru Konstruktivis
dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pelajaran dan memilih atau
menggunakan media.
3.
Siswa dan orang tua
mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang
baru. Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran
yang mengacu pada teori belajar Konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru, siswa lebih didorong untuk mengkontruksi sendiri
pengetahuan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar